Taqwa Sebagai Fondasi Ketahanan Keluarga
Meningkatkannya angka perceraian di Indonesia pada umumnya, juga di Aceh khususnya, haruslah menjadi pembelajaran bagi kita, baik bagi yang sudah menikah dan belum menikah. Pernikahan bukanlah ajang balap-balapan, bukan juga ajang lomba lari siapa cepat, bukan juga hanya untuk sekedar melepas status jomblo atau agar sekedar biar bisa upload foto di media sosial dengan pasangan, biar bisa pamer kemesraan. Bukan itu.
Nikah adalah ibadah yang perlu dipersiapkan segala hal. Mulai dari proses menuju pernikahan, cara kita memilih pasangan, kesemuanya itu perlu diupayakan dengan cara terbaik yang diridhai Allah agar proses ibadahnya benar-benar bernilai ibadah. Kalau start awalnya aja udah salah, maka bagaimana mungkin bisa sampai ke finish dengan ending yang indah yaitu surga Nya. Bukankah yang dituju dalam proses ibadah itu adalah ridha Allah? Yang dengan ridhaNya kita bisa masuk surga Allah?.
Maka perhatikanlah start kita dalam proses ibadah menikah. Kendalikan hawa nafsu kita dengan iman yang kita punya, agar proses menuju ke sana dilimpahi keberkahan oleh Allah.
Maka ada yang sangat begitu penting untuk disiapkan menuju pernikahan. Setidaknya ada beberapa persiapan:
- Persiapan ilmu. Belajarlah segala hal. Terutama tentang ilmu agama Islam. Belajar kita tidak boleh berhenti saat setelah menikahi, justru kita perlu lebih banyak belajar lagi setelah menikah. Karena saat akad telah terucap, kita sebenarnya sedang memasuki gerbang baru dengan persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi. Maka belajar adalah sebuah proses seumur hidup. Tidak kenal berhenti. Galilah ilmu sebanyak mungkin baik secara formal maupun informal. Dengan membaca buku atau mengikuti kajian.
- Persiapan Ruhiyah. Coba cek kondisi ibadah kita selama ini. Shalat wajib masih sering tidak ontime kah? Gimana dengan shalat sunnah? Sudah dibiasakan puasa sunnah belum? Bagaimana dengan tilawah harian kita? . Tentu diri kita yang lebih tau kondisi ibadah kita. Perbaiki yang kurang, pertahankan amalan yang telah dibiasakan. Persoalan setelah menikah begitu kompleks, satu-satunya yang bisa membuat rumah tangga bertahan adalah ketaqwaan kita kepada Allah.
Mengutip apa yang disampaikan oleh Ust. Cahyadi Takariawan (Seorang Konselor Rumah Tangga), beliau menyampaikan bahwa fondasi ketahanan keluarga adalah ketaqwaan kita kepada Allah. Sebanyak apapun ilmu yang kita siapkan untuk berkeluarga, tetap saja terass kurang dalam prakteknya. Tetap saja ada persoalan baru yang kadang kita tidak miliki ilmu untuk mengatasinya. Tapi dengan berbekal ketaqwaan kita kepada Allah, semua persoalan hidup akan ada solusinya. Akan Allah berikan jalan keluar, rezeki, dan kemudahan-kemudahan lainnya bagi orang yang bertaqwa. Dan Allah berjanji akan selalu membersamai orang yang bertaqwa.
Ibarat sebuah bangunan rumah, jika fondasinya lemah maka akan mudah roboh. Pun begitu juga dengan rumah tangga. Jika fondasi ketakwaannya lemah, maka akan mudah retak dan hancur saat diterpa badai.
Kesibukan yang paling penting dibangun dalam sebuah rumah tangga sebenarnya adalah kesibukan beribadah dan meningkatkan ibadah kepada Allah.
- Persiapan Maaliyah. Uang memang bukan segala-galanya, tapi karena uang berbagai persoalan bisa terjadi. Salah satu pemicu perceraian adalah persoalan uang. Itulah mengapa fondasi ketakwaan kita kepada perlu terus ditingkatkan. Rezeki itu sudah Allah jamin, dan sudah pasti Allah beri kadar rezeki sesuai kebutuhan hambaNya. Yang membuat rezeki terasa kurang adalah keinginan kita yang sifatnya unlimited.
Dan yang bisa menekan keinginan atau hawa nafsu kita adalah ketakwaan kita kepada Allah. Allah nggak menjamin bahwa dengan bekerja siang dan malam rezeki kita akan terus mengalir, tapi Allah menjamin bahwa dengan ketaqwaan kita kepada Allah akan selalu ada rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka untuk hambaNya yang berkerja dan berusaha. Karena itu kerja kita, usaha kita harus dalam bingkai takwa. Jangan sampai kita mengejar yang sudah Allah jamin (rezeki), lalu kita lupa kewajiban kita kepada Allah seperti shalat dan lainnya. Cek pekerjaan kita, sudah memenuhi nilai-nilai taqwa?
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya diberi-Nya kelapangan dan diberi-Nya rezeki yang tidak diduga-duga. Siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya dijamin-Nya, sesungguhnya Allah sangat tegas dalam perintah-Nya dan Dialah yang mentakdirkan segala sesuatu.”
(QS. At-Talaq: 2-3)