Menyiapkan Generasi yang Sehat dan Cerdas
Anak adalah amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada seluruh orang tua. Setiap orang tua berkewajiban untuk memberikan hal yang terbaik kepada anak anaknya, apakah dalam hal kesehatan, pendidikan, maupun dalam pengasuhan sehari hari.
Dalam Undang Undang Perlindungan Anak no.35 tahun 2014 menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Untuk anak bisa hidup, tumbuh dan berkembang, maka harus diperhatikan kesehatannya termasuk kesehatan remaja sebagai calon ibu maupun kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan kesehatan anak sejak lahir sampai usia remaja nantinya. Kesehatan ibu hamil perlu didukung oleh asupan nutrisi selama hamil. Nutrisi yang tercukupi selama kehamilan akan menyiapkan kualitas ASI yang baik. Nutrisi yang perlu dikonsumsi yaitu berupa nutrisi gizi seimbang. Ibu hamil perlu memperbanyak asupan air. Konsumsi air putih yang banyak sangatlah diperlukan agar Ibu tidak kekurangan cairan. Konsumsi suplemen juga diperlukan oleh ibu hamil terutama zat besi atau tablet tambah darah.
Pertumbuhan otak janin dimulai sejak dalam kandungan. Sebanyak 25% pertumbuhan otak terjadi selama kehamilan dan sampai dengan 80% pertumbuhan otak anak terjadi dalam usia 2 tahun. Ini sebabnya pertumbuhan dan perkembangan anak harus dikejar sejak masa janin dan sampai anak berusia dua tahun. Istilah ini dikenal dengan 1000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan). 1000 HPK yaitu dimulai sejak masa 9 bulan kehamilan (270 hari) sampai dengan 2 tahun usia anak (730 hari), maka totalnya adalah 1000 hari.
Dampak yang terjadi bila seorang anak mengalami gangguan gizi adalah meningkatnya angka morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian) dan disabilitas. Hal tersebut merupakan dampak jangka pendek. Sedangkan dampak jangka panjang yaitu berupa tidak tercapainya potensi saat dewasa, perawakan pendek, berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh, menurunkan kecerdasan, meningkatkan risiko berbagai penyakit lain pada saat dewasa (hipertensi, penyakit jantung, keganasan dan penyakit degeneratif lain). Gangguan gizi bisa berupa gizi kurang, gizi buruk, obesitas dan stunting.
Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diterima oleh janin/bayi. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan nantinya akan tampak saat usia anak dua tahun. Stunting saat ini menjadi masalah serius di Indonesia. Stunting mempengaruhi tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas dan kemudian menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan.
Terdapat dua intervensi penanganan stunting yaitu intervensi Gizi Spesifik (berkontribusi 30%, ditujukan kepada anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan, umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan) dan intervensi gizi sensitif (berkontribusi 70%, ditujukan melalui berbagai pembangunan di luar kesehatan dengan sasaran masyarakat umum). Intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil, bayi baru lahir sampai usia 6 bulan dan bayi usia 6 – 24 bulan. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan, pemberian makanan tambahan ibu hamil, pemenuhan gizi, persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli, IMD (Inisiasi Menyusu Dini), ASI Eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) untuk bayi mulai usia 6 bulan dan melanjutkan ASI sampai usia 2 tahun. Berikan imunisasi dasar lengkap dan Vitamin A, suplementasi Zink, Zat Besi, penatalaksanaan malnutrisi akut dan pemantauan tumbuh kembang. Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu setiap bulan ketika anak berusia 0 sampai 12 bulan, setiap 3 bulan ketika anak berusia 1 sampai 3 tahun, setiap 6 bulan ketika anak berusia 3 sampai 6 tahun, setiap tahun ketika anak berusia 6 sampai 18 tahun.
Intervensi gizi sensitif yaitu berupa penyediaan akses air bersih, akses layanan kesehatan, program pendidikan gizi masyarakat, edukasi kesehatan reproduksi dan gizi pada remaja, peningkatan ketahanan pangan dan gizi, pemberian jaminan sosial dan kesehatan bagi semua masyarakat, manajemen gizi saat bencana serta upaya perlindungan anak dan pemberdayaan perempuan.
Banyak dijumpai di masyarakat, orang tua kurang paham tentang pemberian MP ASI yang kemudian sering membuat si anak tidak tercukupi kebutuhan zat gizinya. Menurut WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children merekomendasikan agar pemberian MP ASI memenuhi 4 syarat, yaitu: 1). Tepat waktu (timely), artinya MP ASI harus diberikan saat ASI eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, 2). Adekuat, artinya MP ASI memiliki kandungan energi, protein, dan mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi sesuai usianya 3). Aman, artinya MP ASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang bersih, 4). Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MP ASI diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri (disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).
Orang tua merupakan pihak yang sangat berperan penting dalam status nutrisi si anak sehingga mereka harus tahu tentang berbagai tentang stunting ini. Setiap orang tua harus paham tentang pemberian makanan dan minuman untuk anaknya bahkan sejak si bayi lahir. Ilmu seputar ASI, MP ASI, malah harus dimiliki sejak si Ibu mengetahui dirinya mengandung. Dengan demikian si Ibu dan Ayah sudah punya bekal yang cukup dalam menghadapi kelahiran dan tumbuh kembang anaknya nantinya yang tentu saja sangat berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi anak anaknya. Semoga dengan demikian kita harapkan angka stunting semakin menurun.
Selain perihal nutrisi, orang tua juga harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih), serta memberikan imunisasi buat pencegahan dari berbagai penyakit menular. Imunisasi adalah tindakan memberikan vaksin ke dalam tubuh yang bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif sehingga bila terpapar dengan kuman penyakit, tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah suatu bahan berisi antigen (virus atau bakteri) yang dapat merangsang daya tahan tubuh (imunitas) yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh manusia untuk menerima keberadaan bahan bahan yang dimiliki dan dihasilkan oleh tubuh itu sendiri maupun menolak dan menghilangkan benda benda asing yang berasal dari luar tubuh. Imunitas terhadap virus atau bakteri ini ditandai dengan terbentuknya antibodi terhadap organisme kuman tersebut..
Berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin adalah Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Tuberkulosis (TB), Difteri, Pertusis, Tetanus, Meningitis, Pneumonia, Otitis Media, Sepsis, diare karena Rotavirus, campak, rubella, gondongan, cacar air, tifoid/tifus, influenza, demam berdarah dengue dan kanker leher rahim serta penyakit terbaru yang menjadi pandemi sejak tahun 2019 yaitu Covid-19.
S bejak beberapa tahun terakhir banyak bermunculan para antivaksin yang secara terang terangan menolak pemberian imunisasi. Mereka giat melancarkan kampanye melalui media sosial dan juga buku. Berbagai isu negatif digulirkan dalam menentang imunisasi. Yang sangat disayangkan adalah cakupan imunisasi semakin menurun karena banyak para orang tua yang terpengaruh dengan kampanye para antivaksin sehingga memutuskan tidak memberikan imunisasi kepada anak anaknya. Akibatnya berbagai penyakit yang sudah mulai jarang terjadi kembali muncul dan menjadi wabah serta memakan korban.
Edukasi dan informasi dari tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk mengantisipasi semakin merebaknya isu dari para antivaksin Kepada masyarakat dihimbau supaya dapat mencari informasi yang shahih bukan informasi hoax, yaitu dengan berkonsultasi ke petugas kesehatan, juga dokter spesialis anak. Imunisasi adalah ikhtiar para orang tua untuk memberikan perlindungan kepada buah hatinya dari berbagai penyakit menular.
Anak yang sudah diberikan imunisasi secara lengkap, akan terbebas dari berbagai penyakit menular yang mengancam. Hal tersebut tentu berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Anak yang tidak sakit dan status nutrisi normal akan tumbuh dengan baik mengikuti kurva pertumbuhannya. Anak yang sehat maka perkembangannya juga akan sesuai dengan usianya. Anak dengan nutrisi tercukupi, imunisasi lengkap serta stimulasi yang cukup, akan menjadikan mereka sebagai anak anak yang cerdas yang sangat diharapkan perannya nantinya untuk berkiprah dalam keluarganya, lingkungannya, agamanya serta nusa dan bangsanya.