Ta’aruf: Media Membentuk Rumah Tangga Sakinah

Banyak cara untuk mengenal calon mempelai kita.  Ada yang langsung berkenalan karena memang yang ditaksir adalah teman kuliah, satu organisasi, tetangga sebelah rumah maupun kerabat.  Ada pula yang dikenalkan oleh sahabat, famili ataupun rekan kerja.  Ada pula yang lebih memilih lewat biro jodoh kenamaan.  Banyak di antara cara ini kemudian berlanjut menjadi pacaran, jalan bareng ataupun LDR (long distance relationship) alias chatting, Fb, skype, direct message,  atau model zaman Siti Nurbaya dikenal dengan surat menyurat.  Yang kami akan ceritakan di sini adalah cara yang cukup menarik, yakni menikah lewat perantaraan. Dulu disebut dengan ‘percomblangan’ dan kini terkenal dengan istilah ‘ta’aruf’. 

            ta’aruf  adalah sebuah istilah dari Bahasa Arab yang artinya ‘upaya untuk saling mengenal’. Penggunaannya luas. Bukan hanya saling mengenal untuk menikah, tapi juga saling mengenal dalam pertemanan. Namun kini ramai dibicarakan tentang ta’aruf sebagai alternative dari ‘pacaran’. Pacaran baru disadari sebagai cara yang membawa banyak madharat. Maka media film, sinetron, cerpen, dan lainnya sering membahas tentang proses taaruf.

Ada banyak keuntungan menikah melalui ta’aruf. Paling tidak ada 11 poin. Mari kita simak bersama:

  1. Lebih objektif

Dalam ta’aruf, ada perantara alias ‘Mak comblang yang bertugas untuk mengenalkan ciri-ciri calon kita dengan objektif, baik kelebihan maupun kekurangannya, tanpa dikurangi ataupun ditambahi.  Kepribadian, latar belakang keluarga, suku, hal-hal yang mungkin dapat memicu konflik juga disampaikan dengan jelas tanpa ada kepura-puraan.  Dibandingkan dengan pacaran, kalau sudah terlanjur cinta, ada pepatah yang mengatakan: ‘tahi kucing pun terasa seperti coklat’.  Orang yang menjalani perkenalan melalui pacaran biasanya menampilkan kepura-puraan demi memikat targetnya.  Yang tadinya malas mandi tampil rapi jali dan harum mewangi.  Yang sebenarnya bersikap judes tiba-tiba tampil lembut menawan hati. 

  • Terjaga kerahasiaannya

Perkenalan lewat ta’aruf sangat dijaga kerahasiaannya.  Tidak boleh menyiarkan taaruf, tapi jika sudah tahap pernikahan nanti, barulah boleh disebarluaskan pada teman dan sanak saudara.  Hal ini penting, karena jika dalam perjalanannya proses ini terhenti, baik karena lamaran ditolak karena hambatan finansial maupun karena ketidaksetujuan keluarga dan sebagainya, kerahasiaan info akan meminimalisir rasa malu dan sakit hati dari kedua belah pihak.  Coba baca kisah “jaga rahasiaku”.

  • Tidak menyakiti pihak sang gadis jika tak mencapai tahap pernikahan

Biasanya prosedur step by step perkenalan diawali dengan penyerahan biodata wanita kepada pria.  Sang wanita, walaupun sadar saat menyerahkan biodatanya pada mak comblang, ia tidak tahu kepada siapa biodata itu diserahkan.  Jadi ia tak tahu jika pria yang diberi biodata itu ternyata menolak, dengan berbagai alasan.  Hati wanita selembut salju. Ibaratnya, di hati wanita, 90% siap diterima, hanya 10 % kesiapan untuk ditolak. Lain halnya jika tidak lewat mak comblang tapi lewat pacaran.  Sudah dipacari 5 tahun oleh sang pria, lalu tiba-tiba diputus, aduhai….sakitnya. Apa kata dunia? Walaupun pria juga bisa sakit hati jika ditolak, sakit hati sang pria biasanya tak lama, segera terhapus saat biodata wanita lain diberikan padanya (may be). 

  • Tidak bermaksiat pada Allah

Perkenalan kedua belah pihak dalam ta’aruf dijaga oleh mak comblang, tidak ada kesempatan dimana kedua calon mempelai ditinggal agar mereka dapat berduaan.  No khalwat, No perzinaan.  Lain halnya dengan pacaran… Anda tahu apa yang bisa terjadi ‘kan?

  • Tanpa biaya

Lain halnya dengan biro jodoh, mak comblang yang mengadakan ta’aruf tidak mematok biaya apa pun.  Cie..cie…gratis tis tis….uangnya dapat ditabung untuk membayar KUA dan resepsi nanti!  Sedangkan pacaran pasti memakan banyak biaya, untuk mentraktir, antar- jemput gebetan, bayar time zone calon adik ipar, cari muka dengan calon mertua dan seterusnya.

  • Fasilitas konsultasi

Tidak seperti biro jodoh yang mematok tarif tertentu untuk konsultasi, temu wawancara dan sebagainya, mak comblang penyelenggara ta’aruf dengan senang hati akan jadi teman curhat kita.  Motivasinya kan hanya ridha Allah.  Kadang hati merasa tidak pas, bimbang, orang tua tidak setuju, dan lain sebagainya, bicarakan dengan MC Anda! Mak comblang islami biasanya punya segudang pengalaman untuk membangun komunikasi yang baik dengan orang tua dan lawan jenis, yang memang masih misterius bagi kita.  Sering kali pria punya bahasa sendiri, yang tidak dipahami pihak wanita.  Kata John Gray, “Men are from Mars, women are from Venus”.  Seringkali komunikasi antar calon mempelai mengalami masalah, karena mereka belum paham cara komunikasi yang benar.  Hal ini dapat dikurangi dengan komunikasi melalui mak comblang.

  • Dukungan ruhiyah

Perjalanan menuju pernikahan dipenuhi oleh banyak tantangan yang menggoyang keimanan.  Karena ia juga perjalanan ibadah, syaithan super sibuk menggoda kita dari kiri dan kanan.  Kadang ada cinta lama yang bersemi kembali, padahal tanggal pernikahan sudah diketahui sanak famili. Bisa jadi orang tua tidak setuju, padahal kedua calon mempelai ingin terus melaju.  Ah…kegalauan itu harus ditepis.  Dukungan spiritual dapat diberikan dengan sukarela.  Puasa, shadaqah, doa, kita lakukan bersama, dengan mak comblang kita.  You are not alone

  • Bantuan finansial

Bisa jadi jalan menuju pernikahan dihalangi oleh mahar yang tinggi, atau memerlukan perbekalan yang banyak untuk resepsi.  Wah…tergantung kondisi keuangan mak comblang penyelenggara ta’aruf Anda, tapi biasanya mereka akan berusaha membantu.  Ini nih…hal yang tidak akan Anda temukan jika melalui biro jodoh.  Lihat kisah “Akhirnya Niaga Foto” dan “Antara Perang Cumbok dan Brownies”.

  • ‘Ga pake lama’

Ada pasangan yang membutuhkan waktu 9 tahun pacaran untuk saling mengenal dan mempersiapkan diri.  Terkadang waktu yang tahunan itu juga tak cukup, mereka tetap kaget saat telah menikah.  Kepura-puraan selama ini menutupi kenyataan.  Tidak pacaran pun, khawatir ‘beli kucing dalam karung’.  Seharusya Anda memakai jasa mak comblang islami, karena ia akan mempertimbangkan, jika perlu waktu lama, proses akan diputus saja.  Cari yang lain…karena mungkin yang ini bukan jodoh Anda.  Mak comblang tidak akan diam, dia akan terus berusaha mencarikan pasangan yang sudah ditakdirkan untuk Anda.

  1. Bantuan advokasi

Saat terjadi masalah dalam penentuan mahar dan adat istiadat pernikahan, bisa jadi Anda merasa helpless, tak berdaya melawan kekuatan keluarga besar.  Peran mak comblang di sini sangat krusial.  Dia dan pengalamannya bisa membantu.  Biasanya sang calon mempelai tak punyak hak protes, lain halnya dengan mak comblang yang notabene sudah punya pengalaman menikah.  Masyarakat Indonesia lebih respek pada orang yang sudah pernah menikah, daripada jomblo seperti Anda.  Lihat kisah tentang “Ketika Jeda menjadi Niscaya”.

  1. Layanan Pasca menikah

Produk yang baik biasanya ditandai dengan adanya layanan post marketing alias purna jual.    Tidak ada rumah tangga yang bebas dari konflik.  Rasa cemburu, kesulitan finansial, campur tangan mertua dan ipar yang terlalu besar, dapat menjadi sumber pertengkaran yang memantik api perceraian.  Nah…mak comblang penyelenggara ta’aruf kita adalah orang yang sangat mengenal bagaimana perjalanan menuju pernikahan kita, yang meluruskan niat-niat sebelum kita bersama.  Anda sebaiknya melibatkan beliau.  Niscaya ia akan mengingatkan kita pada masa-masa mendebarkan dahulu, saat kita ungkapkan tujuan dan mimpi-mimpi pernikahan kita.  Dalam banyak kasus, hal ini sangat membantu melembutkan hati kita dan mendinginkan fikiran sehingga lebih mudah mencari jalan keluar.  Berbeda sekali dengan perjodohan lewat facebook, saya yakin Mas Mark Zuckerberg (penemu Fb) tidak akan mau bertanggung jawab jika ternyata terjadi kebosanan, perselingkuhan, hati mendua dan berbagai problem lainnya pasca menikah.  Yah..nasib….

Spesifikasi Mak comblang islami

            Proses ta’aruf sangat tergantung pada kualitas Mak comblang. Berbeda dengan sales promotion girl ataupun teller perbankan, seorang mak comblang tidak perlu berusia di bawah 25, berpenampilan menarik, minimal pendidikan SMA dan lain- lain.  Justru sebaliknya.  Lebih tua, lebih baik (bisa dijadikan semboyan capres pilpres berikutnya).  Penampilan harus diatur lebih jelek daripada yang dicomblangi, terutama saat acara taaruf/perkenalan (supaya  tidak salah promosi).  Pendidikan tidak jadi masalah.  Tapi sangat bermasalah jika tidak terbina alias tidak mengerti syariat Islam. 

            Tentu saja percomblangan yang baik didukung oleh berbagai kemampuan.  Bagi yang berminat jadi mak comblang ber-jam terbang tinggi, kami sarankan mulai untuk mengumpulkan bekal berikut:

  1. Sudah menikah. 

Perlu kami jelaskan, mak comblang islami artinya adalah seseorang yang sudah menikah dan pernikahannya tergolong sehat.  Kompetensi ini sangat penting, di samping untuk mengurangi persaingan dengan yang dicomblangi, pengalaman dalam pernikahan akan sangat bermanfaat dalam memediasi proses perjodohan dan masalah-masalah yang terjadi sebelum, ketika acara dan pasca menikah. Jika Anda dicomblangi seseorang yang belum menikah, dia mungkin akan menggembar-gemborkan semboyan “dalam pernikahan indahnya cuma 10%, selebihnya….indaaaah sekali” (pernah dengar kan?).  Seorang ulama pernah berkata: “Menikah itu indahnya hanya satu hari.  Selebihnya adalah tanggung jawab, tanggung jawab dan tanggung jawab”.  Peran mak comblang adalah menolong Anda menemukan keindahan dalam hari-hari penuh tanggung jawab itu.

  • Memahami Islam dan mencintainya.

Mak comblang Islami adalah homo sapiens khusus yang telah mengalami modifikasi kehidupan religi, yang mengubah agama Islam dari hanya ritual belaka, menjadi nafas yang menghidupkan kehidupan cintanya.  Ia tak menginginkan selain ridha Allah.  Rumah tangganya juga menampilkan idealitas keislaman dalam realitas sehari-hari, walau tak sempurna, karena ia masih manusia, bukan malaikat. 

  • Melaksanakan syariat Islam

Syariat Islam adalah harga mati bagi sang mak comblang Islami.  Ia tak akan menoleransi pelanggaran syariat Islam dalam proses menuju pernikahan, seperti pacaran, tunangan, eksperimen keperawanan dan lain sebagainya. 

  • Memahami adat istiadat perjodohan dan pernikahan berbagai suku bangsa

Ada syariat, ada pula adat.  Ada yang disebutkan dalam Al Qur’an dan sunnah, ada pula yang menjadi tradisi yang mengikat, sulit untuk dilepaskan oleh masyarakat.  Mak comblang harus memahami atau bahkan menjadi ahli dalam bidang urf, adat kebiasaan lokal dari banyak suku di sekitarnya.  Misalkan suku Jawa punya kebiasaan bahwa istri akan tinggal bersama keluarga suami, baik di rumah mertua maupun terpisah, intinya ikut suami.  Di daerah Minang justru sebaliknya, suami tinggal di rumah keluarga istri.  Demikian juga di daerah Aceh Besar, semua keluarga baru tinggal di rumah keluarga istri, minimal sampai memiliki satu anak.  Training dulu, gitu…Tetapi di Pidie dan Aceh Utara, orang tua menyediakan sebuah rumah untuk setiap anak-anak perempuannya (namun mempelai pria harus siap dengan mahar yang relatif besar).  Di Aceh Selatan, Sumatera Utara, Dataran Tinggi Gayo ada yang disebut ‘uang hangus’ alias biaya pesta, yang juga jadi syarat menikah di luar mahar.  Suku Betawi dan Melayu mempersyaratkan ‘isi kamar’.  Belum lagi masalah seserahan, mak comblang harus mempersiapkannya.  Jika terlalu sedikit dikira pelit, jika terlalu banyak akan memberatkan calon mempelai pria.  Jika Anda memoderasi bangsa lain, misalkan Arab, India, Eropa, Anda perlu mempelajari adat istiadat mereka, sebelum tiba pada tahap lamaran.  Perlu belajar juga lho….

  • Sabar.

Mak comblang harus sabar dan tekun mengarahkan proses, dari tukar biodata, konseling pra nikah, taaruf, lamaran, sampai upacara pernikahan.  Tidak boleh terburu-buru, tapi juga jangan mengulur proses menjadi terlalu lama.  Terkadang calon mempelai mengalami kegalauan yang dahsyat, merasa tiba-tiba tidak siap menikah.  Hal ini tentu normal.  Yang justru tidak normal jika mereka tidak dag dig dug sama sekali  (coba cek foto rontgen dada: punya jantung atau tidak?).  Pasti ada kegelisahan, terutama bagi mempelai wanita, karena mereka harus ‘menyerahkan’ kekuasaan terhadap hidup mereka, kepada seorang laki-laki yang tidak atau kurang dikenalnya.  Mentaati, menghargai, sekaligus melayani orang yang tabiatnya sama sekali berbeda dengan yang biasa terjadi pada keluarganya, dan lain-lain.  Halau kegalauan itu secara keibuan dan kebapakan.

  • Memahami hal-hal terkait kesehatan reproduksi dan konsultasi pra nikah

Mak comblang sebaiknya memperkaya dirinya dengan pengetahuan seputar penyakit-penyakit yang dapat diturunkan, misalkan hemophilia, thalassemia, buta warna, ataupun penyakit-penyakit yang memiliki kecenderungan untuk diidap jika memiliki genetik tertentu, misalkan penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke, gangguan jiwa bipolar, alergi/ atopik misalkan asma, kejang demam dan lain sebagainya.  Dalam menyusun biodata, arahkan calon mempelai untuk menuliskan penyakit-penyakit yang pernah diderita dirinya DAN keluarganya.  Mungkin Anda bertanya: kalau memang mereka tahu mereka mengidap penyakit keturunan tapi telah saling sepakat untuk menikah, apakah kita harus menghalanginya? Tentu kita dapat memberi pilihan, dan juga persiapan mental.  Misalkan jika calon mempelai wanita memiliki penyakit toxoplasma, maka sang mempelai pria juga harus siap jika terjadi gugurnya kandungan, ataupun anak yang terlahir cacat.  Tidak perlu menyalahkan istri, tapi perlu berobat, karena hal ini dapat diobati dengan teknologi terkini.  Yang sulit adalah bagi carrier/pembawa gen hemofilia, ataupun thalassemia, harus dipersiapkan benar-benar, apakah mereka siap dengan kemungkinan adanya anak yang juga membawa gen tersebut sehingga perlu treatment khusus, sampai ada teknologi rekayasa genetik yang dapat mengatasi masalah mereka.  Wallahu a’lam bi shawab.  Yang jelas, tidak ada orang yang sama sekali tidak punya penyakit keturunan.  Mak comblang harus ikut mempertimbangkan, jangan sampai keturunan asma kita jodohkan dengan yang sama-sama punya keturunan asma.  Khawatir malam-malam mereka dihiasi nafas anak-anak yang ‘ngak-ngik’ dan mengganggu tetangga.  Yang memiliki riwayat penyakit keturunan diabetes, sebaiknya dijodohkan dengan keturunan asma.  Yang ayah-ibunya sakit jantung, pasangkan dengan yang memiliki riwayat keluarga gangguan jiwa, dan seterusnya… (hahaha…apa boleh buat…tidak ada yang betul-betul bersih dari berbagai penyakit kan?).  Lakukan wawancara dan konseling pra nikah yang akurat dengan menguasai tanda-tanda atau symptom penyakit-penyakit ini, yang kita sebut screening pra nikah.  Misalkan, untuk mendeteksi adanya penyakit thalassemia, tanyakan apakah ada pada keluarga besar calon mempelai yang sering lemas, pucat, setiap bulannya.  Bukan hanya ayah, ibu dan adik/kakak, juga termasuk paman, bibi, sepupu, kakek, nenek dst.  Penyakit-penyakit pribadi yang dapat menular juga ditanyakan, seperti pernahkan terjangkit hepatitis B, C, keputihan yang gatal, berbau, dan berbagai penyakit menular lainnya.

  • Stabilitas ekonomi yang baik

Di daerah Sumatera, Betawi ataupun Maluku pada umumnya mahar, seserahan, uang hangus ataupun isi kamar berpotensi untuk menjadi masalah yang berat.  Lain halnya dengan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan lainnya yang relatif lebih ringan.  Peran mak comblang juga membantu, ataupun mencarikan bantuan (melalui koneksi, lihat kisah ‘Akhirnya Niaga Foto’) agar pernikahan tidak tertunda hanya karena masalah finansial.  Ide tentang adanya ‘lembaga bantuan mahar’ seperti yang ada di dunia Arab perlu untuk diwujudkan, terutama di daerah-daerah yang memiliki adat pernikahan yang menuntut kesiapan finansial tinggi.  Ingat…memudahkan orang menikah itu berpahala besar.

  • Koneksi sosial yang luas

Kini banyak sekali tools buat berinteraksi. Sebagai mak comblang, kita bisa memanfaatkannya untuk menggaet target. Misalnya menemukan banyak teman-teman yang sedang mencari istri atau pun suami.  Pertemanan yang luas mutlak harus dimiliki.  Di era digital seperti sekarang ada banyak cara mencari teman dan berinteraksi dengan mereka.  Tapi ingat-ingat: untuk mengenali kepribadian mereka, tak cukup hanya dari dunia maya.  Memang kita bisa mendapatkan  data superfisial dari profile info mereka, seperti hobi, buku yang dibaca, tempat yang disukai.  Data yang lebih dalam seperti karakter, dapat dilihat dari postingan mereka di timeline-nya. Tapi harus tetap waspada, karena bisa jadi orang punya ‘kepribadian ganda’, lain di udara, lain pula di darat.   Anda tetap harus mengenal mereka secara langsung, akrab dan objektif, sebelum mempertemukan dengan calon pasangannya. 

Langkah-langkah ta’aruf

      Bagaimana tahapan-tahapan ta’aruf hingga terlaksananya pernikahan Islami?

      Menurut pengalaman kami sebaiknya perjodohan melalui ta’aruf sebaiknya dijalani secara bertahap.  Manfaat menjalani tahap-tahap ini akan terasa di kemudian hari, baik jika perjodohan tersebut  berhasil, maupun gagal.  Meniti dengan sabar tahapan ini akan membuat kita sadar bahwa ada banyak pelajaran yang kita dapatkan selama perjodohan.  Pelajaran tentang betapa Allah telah menetapkan taqdir kita sejak hari ke-40 dalam kandungan ibunda, pelajaran tentang sedikitnya peran kita dalam membolak-balik hati manusia, tentang kesabaran, juga tentang cinta.  Semboyan kita “percomblangan juga bagian dari tarbiyah”.

      Sebenarnya kami ingin menulis 99 langkah perjodohan.  Tapi saya khawatir Anda tidak cukup sabar untuk membacanya, apalagi melaksanakannya.  Maka kami singkat menjadi 16 langkah saja.  Inilah jurus-jurus itu:

  1. Perkenalan antara mak comblang dan calon mempelai yang ingin di-ta’arufkan

Pada tahap ini kita, para mak ataupun pak comblang harus mengenal orang yang akan kita comblangi.  Wawancara mereka tentang data superfisial misalkan umur, riwayat pendidikan, pengetahuan keislaman dan lain-lain.  Tidak perlu menanyakan skor TOEFL dan IELTS.  Tapi perlu mengetahui pola asuh mereka, kebiasaan di rumah, sejauh mana dominasi keluarga dalam penentuan calon pasangan, kriteria pasangan yang diinginkan (dan mengapa ia menginginkan kriteria tersebut).  Pada tahap ini mak comblang juga harus menilai ‘kualitas niat’ untuk menikah.  Jika seorang gadis ingin menikah hanya untuk mendapatkan ojek untuk  antar jemput ke kantor, ataupun hanya memenuhi keinginan orang tua dan persaingan sesama teman (diindikasikan  dengan adanya keluhan terhadap sapaan teman: hei…aku sudah punya 2 anak nih.  Kamu kapan nikahnya?).  Demikian pula bagi pria, yang terkadang berniat agar ada yang ‘mengurus hidupnya’. maka niat itu perlu diluruskan lagi (lihat kisah ‘Panasonic vs Istri’).  Juga peringatan keras dari kami: JANGAN sekali-kali men-ta’arufkan yang belum Anda kenal dengan baik. 

  • Penyusunan proposal perjodohan alias biodata yang komprehensif

Sebelum menyusun proposal, yakinkan bahwa keluarga besar mempelai sudah mendukung mereka untuk segera menikah.  Baru kemudian susunlah biodatanya.  Biodata yang baik akan menjadi perwakilan dari diri kepada calon pasangan DAN keluarganya.  Terutama bagi calon pasangan yang belum dikenal.  Bantu sang calon mempelai untuk menyusun biodata yang baik.  Biodata ini terdiri paling tidak 4 bagian:

  1.  Data pribadi, termasuk data fisik dan sifat pribadi, pekerjaan, penyakit yang pernah diderita (tidak termasuk nomor hp dan email, sebaiknya tak usah dicAntumkan agar mereka tak berhubungan secara ‘liar’)
  2. Riwayat pendidikan, baik formal maupun informal, keterampilan yang dimiliki.
  3. Data keluarga (ayah, ibu, kakak, adik beserta status dan pekerjaan mereka, juga penyakit yang pernah diderita)
  4. Narasi tentang kriteria calon yang diinginkan, serta misinya untuk menikah.
  5. Lampirkan foto diri yang cukup manis (standar ‘manis’ dapat dilihat pada kisah ‘Akhirnya Niaga Foto’)
  6. Pencarian calon mempelai yang sesuai

Milikilah koneksi yang luas dengan berbagai ustadz/ustadzah yang juga gemar menggeluti profesi percomblangan. Tentu tahap pencarian ini harus dijaga kerahasiaannya, jangan sampai orang merasa Anda sedang “obral”.  Selain mencari orangnya, juga cari karakter yang sesuai untuk memperbesar kemungkinan menemukan pasangan yang “sekufu” alias sesuai pemahaman agamanya agar mereka lebih mudah beradaptasi setelah akad nikah terjadi. 

  • Calon mempelai pria lebih dahulu disodori proposal dan bimbingan pemilihan.

Pria memilih, sedangkan wanita dipilih.  Tapi wanita juga berhak menentukan siapa yang pilihannya ia terima.  Terkadang calon mempelai punya keinginan yang tidak realistis (kecantikan, ketampanan, harta, keturunan dsb).  Kita sebagai mediator harus berusaha menyeretnya kembali ke alam nyata, bahwa ada yang lebih baik dari keinginan, yaitu kesesuaian.  Yakinkan dia bahwa seseorang mungkin tidak persis seperti yang kita inginkan, namun ada hal-hal yang lebih sesuai untuk dirinya.  Misalkan seorang pria menginginkan istri yang tingginya lebih dari 165 cm, cantik, langsing, berkulit putih, shalihah (ibarat peragawati insyaf).  Tentu kita harus menyadarkan dirinya tentang hal-hal yang melanggengkan pernikahan bukanlah fisik istri, tapi pemahaman agama dan akhlaq-nya lah yang dapat membuatnya jatuh cinta berulang kali selama pernikahan.   Memang banyak pria tipe pemimpi, ingin perbaikan keturunan hanya dari segi fisik.  Entah kenapa, biasanya mereka punya ciri: pendek, hitam, tambun, pengetahuan agama pas-pasan tapi syukurlah mereka masih hidup.

  • Istikharah.  Mintalah sang mempelai pria untuk minta petunjuk pada Allah, baik ia sudah ada kecenderungan maupun belum ada.  Mudah-mudahan pilihannya akan dimantapkan.  Juga memohon kemudahan dalam proses selanjutnya.  Terkadang sang pria sudah setuju, tetapi wanitanya tak setuju, dan sebagainya.  Tetap perlu dukungan dari Yang Maha Membolak-balik hati, Allah SWT.
  • Pernyataan persetujuan untuk lanjut ke tahap proposal
  • Penyusunan proposal pernikahan dari pria, alias biodatanya, diserahkan oleh mak comblang kepada calon mempelai wanita yang disetujuinya
  • Pertimbangan keluarga wanita.  Pastikan keluarganya sudah mendukungnya untuk segera menikah.  Jika tidak, hal ini dapat berujung pada konflik (lihat kisah ‘ketika jeda menjadi niscaya).  Jika wanita setuju, ia sudah istikharah dan merasa mantap, barulan masuk tahapan berikutnya.
  • Ta’aruf tingkat calon mempelai.  Tahap ini memerlukan kehadiran dan peran aktif dai mak comblang.  Sebelum taaruf sebaiknya mak comblang mengarahkan hal-hal apa yang perlu ditanyakan agar lebih mengenal.  Hal-hal yang sudah jelas tercAntum dalam biodata tak perlu ditanyakan lagi, kecuali memerlukan keterangan lebih lanjut.  Ada beberapa pertanyaan yang kami kira penting, perlu dijawab secara lisan, misalkan:
  • Bentuk keluarga yang diinginkan, termasuk visi misi masing-masing calon
  • Deskripsikan diri dengan kalimat masing-masing, baik kelebihan maupun kelemahan
  • Rencana hidup 10 bahkan 30 tahun ke depan
  • Pandangan terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab istri serta suami
  • Istikharah. Setelah taaruf ini, akan ada berbagai gejolak jiwa yang perlu dimenej.  Pindahkan masalah itu pada Allah SWT melalui istikharah.  Jika ada kecenderungan hati untuk melanjutkan, silahkan.  Tidak apa jika belum ada rasa ‘mantap’.  Kebimbangan juga merupakan sunnatullah, hal yang wajar terjadi.
  • Konsultasi dengan keluarga besar, apakah kriteria seperti ini sesuai untuk diterima dalam keluarga mereka.  Pernikahan bukan hanya penyatuan 2 insan, tapi juga 2 keluarga besar.  Terutama pihak wanita, karena ia memerlukan kerelaan dari walinya.  Ini adalah keputusan besar yang  akan menentukan kepada siapa tanggung jawab hidupnya akan berpindah, dari ayah kepada suaminya kelak. 
  • Ta’aruf calon mempelai kepada keluarga calon pasangannya

Sebelum lamaran resmi, ada baiknya mengenal keluarga calon mempelai.  Sang calon mempelai pria bersilaturrahim kepada calon mertuanya, juga demikian dengan calon mempelai wanita.  Sebaiknya mereka ditemani oleh mak comblang ataupun keluarganya.  Perlu diingat, bahwa hal ini belum menandakan kepastian, namun proses agar keluarga ikut mendukung keputusan mereka untuk menikah.

  1. Lamaran resmi melibatkan tetua kampung/tetua adat dan keluarga besar.  Di sebagian besar wilayah nusantara, proses pernikahan melibatkan seluruh komponen masyarakat di sekitar calon mempelai.  Libatkanlah mereka dengan suka cita.  Biasanya besar mahar ditentukan saat ini.  Bantulah agar tidak memberatkan kedua belah pihak.
  2. Akad nikah

Inilah hari yang ditunggu.  Mak comblang harus terus memantau agar calon mempelai siap mental.  Juga bantu segala hal yang berpotensi untuk menghambat kelancaran, misalkan masalah mahar, seserahan dan sebagainya.

  1. Walimatul ‘ursy alias resepsi pernikahan, pastikan syariat Islam tidak dilanggar.  Seringkali waktu shalat terlupakan, sikap yang berubah karena kelelahan, adat istiadat yang kurang dihargai, dapat memicu konflik tersendiri.  Tugas mak comblang untuk mengingatkan kedua mempelai dan keluarga besarnya.
  2. Adaptasi di awal pernikahan

Mak comblang harus terus mendampingi pada bulan-bulan pertama pernikahan karena ada saja problem yang muncul selama masa adaptasi ini.  “Kaget”nya mereka menghadapi sifat-sifat pasangan, penyesuaian kebiasaan, terutama bagi yang tinggal bersama keluarga besar.  Sebaiknya memang mereka hidup terpisah dari keluarga besar, untuk memudahkan adaptasi, namun jika terpaksa harus tinggal bersama keluarga maka ajarilah mereka untuk ‘mencuri hati mertua’.   Juga berikan tips and trik memikat hati ipar dan para tetangga keluarga baru kita.

Hah? Banyak sekali langkah-langkah ta’aruf ya? Banyak juga tugas mak comblang?

Hehehe….memang.  Inilah mengapa Allah memberi balasan surga.  Jannah-Nya selalu diliputi kesulitan, sedangkan neraka selalu diliputi hawa nafsu.  Lagipula, menjadi mak comblang adalah perintah Allah Swt. Bukan untuk kepuasan diri sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *